KARTINI (Kuningan) – Bukan hanya soal hiburan dan pertunjukan meriah, kegiatan Heman Ka Budak yang digelar di sepanjang Jalan Siliwangi Kuningan pada Minggu (08/06/2025) membawa pesan mendalam: seni dan budaya lokal adalah instrumen kuat dalam pembentukan karakter generasi muda.
Dalam helaran yang diwarnai oleh penampilan tari-tarian dan seni tradisional oleh anak-anak dari berbagai penjuru Kuningan itu, tampak jelas bahwa ruang ekspresi non-akademik sangat dibutuhkan anak-anak dalam tumbuh kembang mereka. Wajah-wajah riang mereka tidak hanya memeriahkan kegiatan Car Free Day, tapi juga menunjukkan antusiasme terhadap warisan budaya sendiri.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program rutin bertajuk Heman Ka Budak (Helaran Mingguan Kebudayaan dan Kesenian Kuningan) yang diinisiasi oleh Komunitas Masyarakat dan Seniman Mendukung Pembangunan (Maskumambang) di bawah pimpinan Dodo Suwondo, mantan Kabid Kebudayaan Kabupaten Kuningan.

Program ini secara resmi dilaunching oleh Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si, yang turut hadir bersama Ketua TP PKK, Hj. Ela Helayati, S.Sos. Dalam sambutannya, Bupati Dian menekankan pentingnya membuka ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri melalui jalur budaya.
“Pendidikan tidak melulu soal angka dan nilai di atas kertas. Anak-anak kita butuh wadah untuk mengembangkan sisi emosional dan sosial mereka. Melalui seni dan budaya, mereka belajar disiplin, kerja sama, hingga rasa cinta terhadap negeri ini,” ujar Bupati Dian.
Lebih dari sekadar pelestarian budaya, Heman Ka Budak diharapkan mampu menjadi platform pendidikan karakter yang efektif. Di tengah arus budaya global yang begitu deras, di mana budaya luar seperti K-Pop banyak digandrungi, Bupati Dian menilai penting untuk memperkuat kecintaan generasi muda terhadap identitas budayanya sendiri.

“Jika kita tidak menyediakan panggung bagi budaya kita, anak-anak kita akan mencari identitas lain dari luar. Maka kegiatan seperti ini adalah upaya konkret untuk membangun fondasi karakter yang kuat dan berakar pada kearifan lokal,” tambahnya.
Heman Ka Budak sebenarnya bukan hal baru. Gagasan awalnya sudah muncul sejak 2017, saat Bupati Dian menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Kini, program tersebut dihidupkan kembali dengan skala yang lebih luas dan konsisten digelar setiap minggu.
Dengan pelibatan aktif anak-anak dalam pertunjukan budaya lokal, Kuningan sedang menyiapkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki integritas, identitas budaya yang kuat, serta rasa bangga terhadap daerahnya.
Dodo Suwondo menambahkan bahwa Heman Ka Budak juga akan menjadi laboratorium sosial budaya bagi anak-anak. “Kami ingin anak-anak tidak hanya belajar menari atau bermain alat musik tradisional, tapi juga belajar makna di baliknya. Mereka akan tahu dari mana mereka berasal dan ke mana mereka harus melangkah.”
Dengan penguatan budaya lokal sejak usia dini, Pemerintah Kabupaten Kuningan optimis daerah ini akan menjadi pusat budaya yang tidak hanya dikenal secara lokal, tapi juga menembus panggung nasional bahkan internasional. Tradisi, alam yang indah, dan masyarakat yang kreatif, menjadi modal besar menuju cita-cita tersebut. (red)