Indonesia Darurat Pelecehan Seksual, Adakah Solusi Tuntas?

Berita Opini

Oleh : Heni (Pegiat Literasi)

KARTINI (Kuningan) – Sepanjang bulan Maret hingga April 2025 kasus pelecehan seksual mengguncang dunia medis dan masyarakat luas. Lokasinya tersebar mulai dari Bandung, Garut, Jakarta hingga Malang.

Kasus yang paling menjadi sorotan publik adalah kasus dugaan pemerkosaan oleh dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, yang terungkap pada akhir Maret lalu. Pelakunya adalah peserta Program Pendidikan Dokter spesialis (PPDS) Anastesi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD), Priguna Anugerah Pratama (31 tahun). (Tempo.Com 21/4/2025)

Ini salah satu kasus yang mewakili dari terungkapnya beberapa kasus pelecehan seksual dikalangan medis, dan pastinya dibalik ini semua masih ada kasus – kasus serupa yang memang tidak diangkat ke permukaan. Karena kasus pelecehan seksual oleh dokter ini dinilai sebagai fenomena gunung es.

Rentetan kasus ini mengundang keprihatinan sejumlah kalangan, terutama karena pelaku adalah tenaga medis yang telah mengucapkan sumpah profesinya. Salah satunya adalah tanggapan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, beliau mengatakan “Tentu akan kita tindak lanjuti, karena mencederai sumpah dokter. Apalagi kalau ada tindakan bersifat asusila. Nanti akan ditindaklanjuti bukan saja dari aspek etikanya, melainkan juga dari aspek hukum dan legalitas aturan.”

Adapun faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual ini banyak pakar berpendapat bahwa faktor penyebabnya adalah faktor relasi kuasa yang tumpang antara dokter dan pasien, minimnya pengawasan, dan pandangan merendahkan perempuan.

Padahal disamping itu ada faktor yang sangat mendasar yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual di dunia medis dan kedokteran, yaitu :
Pertama, kosongnya dari keimanan kalangan dokter adalah bukan orang yang minim ilmu, namun sayang ilmu itu tidak lantas berbuah berkah, malah menjadi pemuas nafsu serakah. Karena keilmuan yang mereka miliki kosong dari keimanan, akibatnya ketika ilmu itu tidak diamalkan, landasannya adalah pemisahan agama dari kehidupan (sekulerisme) sehingga hasilnya adalah kerusakan dan kebatilan bukan kemanfaatan maupun keberkahan.

Kedua, Sekulerisme dan Kapitalisme
Sekulerisme pendidikan terjadi di berbagai lini, termasuk pendidikan dokter ini, dokter asusila adalah bukti nyata pengabaian sumpah dokter yang mana sumpah dokter ini adalah sebuah komitmen moral dan selayaknya dia mampu mempertanggung jawabkan komitmen ini.

Kapitalisasi pendidikan tinggi yang makin memperburuk orientasi materialistik dikalangan calon dokter. Biasanya yang mampu menempuh pendidikan dokter ini hanyalah kalangan berada. Ini berkaitan dengan biaya pendidikan dokter yang selalu menempati nominal teratas dibanding jurusan lainnya.

Sekulerisasi terjadi juga di tengah-tengah masyarakat yang telah memberikan ruang kebebasan untuk berperilaku, maraknya tayangan pornografi dan porno aksi di berbagai media, yang sangat mudah untuk diakses. Dan yang pasti semua hal itu turut berperan menghantarkan pada tingkat kemaksiatan, termasuk pelecehan seksual.

Bagaimana Islam memandang perkara ini? Tentunya Islam akan selalu menyandingkan Ilmu dengan iman dan amal. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam penggalan Qur’an Surat Al – Mujadilah ayat 11 “… Niscaya Allah akan meninggikan orang – orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Sungguh, ilmu adalah cahaya, orang – orang yang melandasi keilmuan dengan keimanan akan sadar dan memahami tanggung jawab yang harus ia tumbuhkan terhadap penerapan ilmu tersebut. Penerapan ilmu itu tidak hanya dipertanggung jawabkan tidak di dunia saja, tetapi juga di akhirat.

Pada masa Peradaban islam banyak melahirkan para ahli dan ilmuwan yang memang sudah terkonsep dalam hidupnya selalu menyandingkan ilmu dengan imam dan amal. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan islam terbukti telah menghasilkan para ahli kesehatan yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi mereka juga berkeperibadian islam dan taat syariat.

Betapa sistem pendidikan islam telah menghasilkan generasi berkualitas. Generasi berkualitas tidak akan lahir dari sistem yang rusak. Generasi ini hanya akan hadir dari sistem yang sahih yang berasal dari sang maha pencipta Allah Subhanahu wata’ala.

Kasus pelecehan seksual adalah kasus yang muncul sebagai imbas dari penerapan sistem yang rusak, dan dalam penyelesaiannya pun harus secara sistematik. Sistem islam yang diterapkan secara kaffah adalah solusi tuntas untuk kasus pelecehan seksual ini. Sistem islam ini akan bertindak secara sistematik dan holistik Sehingga benih – benih ilmuwan yang mengalami cacat kepribadian islam sebagaimana dokter asusila itu bisa dicegah kemunculannya.

Wallahu a’lam bishawwab. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *