Oleh : Ummu Nadiatulhaq
Aktivis Muslimah
KARTINI (Cirebon)– Risalah akhir tahun 2024 sudah terlaksana pada Ahad, 22 Desember 2024. Acara dihadiri kurang lebih 200 tokoh se-Ciraya dengan tema: “Kepemimpinan Sekuler Menyengsarakan, Kepemimpinan Islam Harapan Masa Depan”
Di awal sebelum pemaparan pemateri, host melontarkan pertanyaan kepada audiens tentang; Bagaimana sosok pemimpin dalam umat saat ini? Kadang umat saat ini dilenakan dengan janji-janji manis calon pemimpin untuk meraih dukungan. Bagaimana hubungan ideal antara pemimpin dan rakyatnya?
Berikutnya peserta disuguhkan pemutaran video yang menggambarkan bahwa kehidupan rakyat semakin sengsara karena kebijakan pemimpin saat ini yang sekuler kapitalistik. Kebijakan naiknya BBM, membiayai layanan kesehatan sendiri dengan membayar iuran BPJS setiap bulannya dan lain-lain, tidak hanya itu pemimpin saat ini banyak terjerat korupsi, dan pemasukan negara yang dari pajak yang terus naik dan membebankan rakyat.
Pemateri pertama ustazah Nurul Husna mengawali dengan menyampaikan hadits Rasulullah Saw yang mengingatkan umatnya bahwa akan datang tahun-tahun penuh kebohongan yang pada saat itu Ruwaibidhah dijadikan pemimpin. Apa yang dimaksud Ruwaibidhah? Kata Rasulullah mereka adalah orang-orang bodoh yang turut campur dalam urusan publik.
Adanya pemimpin ruwaibidhah yang disebutkan dalam hadits adalah akibat lepasnya simpul pemerintahan Islam. Padahal pemerintahan dalam Islam adalah perkara yang sangat penting dan genting. Umat Islam wajib berada dalam kepemimpinan yang sesuai dengan Islam.
Namun lepasnya simpul pertama ini begitu luput dari perhatian umat, padahal bisa membawa pengaruh dan implikasi yang sangat besar. Musibah besar dunia ketika kepemimpinan sudah hilang dengan runtuhnya kepemimpinan Islam terakhir di Turki 1924, akibatnya kehidupan ini menjadi sekuler.
Padahal semua masalah yang menimpa umat akibat tidak adanya kepemimpinan sesuai Islam. Ustazah memaparkan bahwa yang pertama seorang pemimpin harus berkarakter Quwatus Syaksyiyah. Yakni harus memiliki aqliyah hukmin, yaitu pemahaman tentang sistem kepemimpinan pemerintahan.
Tidak cukup dengan sosok yang islami, religius, bacaan Al-Qur’an bagus, rajin ibadah, tapi harus memilki pemahaman tentang kepemimpinan dalam Islam serta perkara pemerintahan dan interaksinya dengan rakyat. Sebagai contoh, seorang pemimpin harus memahami sistem ekonomi dalam Islam karena akan mengurusi perekonomian rakyat dalam kehidupan bernegara.
Berikutnya mempunyai nafsiyatul hakim, yaitu harus adil, berwibawa, bijaksana. Hal ini tidaklah cukup hanya sebagai individu, tapi harus mempunyai ketegasan dalam menghilangkan kemungkaran.
Kedua, seorang pemimpin wajib memiliki ketakwaan, yaitu begitu takut kepada Allah Swt. jika melalaikan tugas dan tanggung jawabnya. Sebab ia memahami bahwa kepemimpinan adalah amanah. Sebuah amanah akan dimintai pertanggungjawaban ketika menghadap Allah Swt.
Ketiga, sosok prmimpin harus mencintai rakyat, bersikap lemah lembut, menyayangi, menyampaikan berita gembira yang menyenangkan hati, bukan malah menakuti, serta mempermudah urusan rakyat.
Ustazah mengingatkan sebuah do’a yang diucapkan Rasulullah Saw dalam sebuah Hadits. “Ya Allah, barang siapa yang mengurusi umatku kemudian dia menyusahkan maka susahkan dia, barang siapa mengurusi umatku maka sayangilah dia.”

Relasi Pemimpin dan Rakyat yang Ideal
Narasumber berikutnya adalah Ustazah Fatimah Salma yang banyak megupas tentang relasi antara pemimpin dan rakyatnya.
Ustazah Fatimah mengungkapkan bahwa bagaimana sejatinya perasaan umat terhadap pemimpin dapat dilihat dari respon umat akan kebijakan yang ditetapkannya.
Faktanya ada sengketa berkepanjangan akibat lahirnya berbagai macam undang- undang yang banyak merugikan masyarakat. Contoh UU Minerba yang semakin membuat miskin rakyat padahal Tuban sebenarnya kaya minyak dan memiliki sumber daya alam melimpah.
Masyarakat pun tak berdaya untuk berbuat sesuatu, karena sekali ada yang vokal mengkritisi maka akan berakhir masuk ke balik jeruji. Padahal antara pemimpin dan rakyat mestinya saling cinta, saling rida, dengan memahami hak dan kewajiban masing- masing serta berusaha menunaikannya.
Beliau pun menjelaskan gambaran tentang alaqoh yang semestinya dibangun oleh pemimpin dengan mengutip kitab Syaksyiyah Islamiyah II karya Syaikh Taqiyuddin An-Nabhany.
- Memperhatikan urusan rakyat dengan banyak memberi nasehat tentang takwa.
- Tidak boleh menyentuh harta kepemilikan umum milik umat dengan alasan apapun.
- Mewajibkan agar memerintah rakyat dengan aturan Islam saja tanpa aturan yang bersumber dari selain Islam.
Ustazah Fatimah menegaskan harus ada sosok kepemimpinan yang ideal sesuai hukum syarak ini, dan ini hanya akan terwujud dalam kepemimpinan Islam. Semoga segera hadir sosok pemimpin yang ideal yang dirindukan umat.
Wallahualam bissawwab.***