mother embracing daughter

Surat Untuk Emak

Roman


Oleh Vera Verawati

Kepada yang paling dicintai, emak.

Kata orang-orang, hari ini hari ibu. Tapi aku yakin, ibu yang kupanggil dengan sebutan emak, tidak pernah tahu apa itu hari ibu. Yang emak tahu hanya bagaimana bisa membuat anak-anaknya sejajar dengan yang lain. Mendapatkan makanan layak seperti yang dinikmati anak-anak lain, mendapat pakaian yang tidak sobek, rumah yang hangat serta pedidikan setinggi-tingginya.

Tapi emak tetap emak.

Tubuhnya terlalu dipaksa, seperti roda-roda yang menggila tanpa mempedulikan waktu. Ketika burung-burung mulai terlelap, emak sudah bersimpuh, melangitkan doa-doa indahnya lalu berdesak-desakan di pasar, tanpa peduli urat-urat di kakinya membesar, telapaknya lecet terluka. Peluhnya membasahi seluruh harapannya.

Kepada yang paling dicintai, emak.
Jika pada akhirnya jiwa dan ragamu tersimpan bisu di pusara. Kelelahanmu semoga terganti, oleh surga dan kehangatan kasih Illahi. Sekali-kali ada bunga berbagai warna dan aroma tertabur di antara nisanmu. Tapi sungguh, itu tidak akan pernah mampu menyetarakn cintamu.

Tapi emak tetap emak.
Walau tinggal nama yang tertera, tapi cintanya tak pernah berakhir. Emak, masih hadir dalam mimpi-mimpi, meraihku dalam peluknya. “Kamu, anak emak yang paling kuat, jika apa yang terjadi pada hidupmu jauh lebih berat dari sodara-sodaramu, itu karena kamu istimewa.”

Tuhan, terimakasih atas kasihMu yang tak berbatas, bahkan oleh kematian. PadaMu aku menitipkan cinta ini, peluk dan dekap dalam hangatMU dan berikan kehidupan terindah di sisiMu, surga peristirahatan terakhirnya. Seperti restu emak yang tak pernah sirna.

Jakarta, 23 Desember 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *