Arti Langit Untuk Awan

Roman

Oleh : Vera Verawati

Nun, ketika setumpuk kecewa mengkristal menjadi gumpalan gelembung hitam. Kemudian diterpa angin yang sengaja mengepakan sepasang sayap, demi melihat bulir bening itu jatuh perlahan, menderas menjadi hujan.

Nun, ketika bahagia bergulung serupa pintalan beludru, putih dan biru menghias sempurnakan keindahan senyumnya. Sungguh, ketulusan itu begitu dirasa getarnya. Sesaat raut itu tiba-tiba merajuk oleh cemburu.

Nun, jika diijinkan mengungkapkan rasa maka telah kutenun benang-benang rindu menjadi jubah cinta yang akan terus melindunginya dari terik pandangan Sang Matahari, kerana iri oleh kemilaunya tak sejingga kasihnya.

Nun, jika boleh ku ukir satu permintaan di kedalaman doa-doa. Jangan pernah pergi meski berulang kelak diri berulah. Sungguh, tidak lagi ada tempat untuk luka sebuah kehilangan. Jadi, jangan pernah tinggalkan dengan atau tanpa berpamitan.

Karena kali ini, Nun. Aku tak ingin kehilanganmu. Tidak sanggup lagi langitku kelabu lantas deras oleh hujan penyesalan. Kau lah langit terakhir yang akan selalu membersamai dalam suka dan duka.

Pondok Kata, 3 September 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *