KARTINI (Kuningan) – Sosoknya sederhana, senyumnya hangat, dan langkahnya ringan. Tapi siapa sangka, dari balik kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, Tuti (43 tahun) telah menjadi salah satu relawan paling aktif di layanan Ambulan Kemanusiaan DT Peduli Kuningan selama lebih dari tiga tahun terakhir.
Bukan sebagai sopir atau petugas medis, tapi sebagai pendamping pasien, Bu Tuti sapaan akrabnya, hadir menyertai setiap proses—menguatkan, menemani, dan memastikan pasien merasa aman dan nyaman selama perjalanan menuju atau sepulang dari pengobatan.

“Ngabantos jalmi teh tos janten hobi. Margi teu tega. Cape, teu aya artos, teu janten halangan. Semangat terus. Do’a-do’a dari orang yang dibantu: badan disehatkeun bae, rezeki teu sesah,” ujarnya sepulang layanan antar jemput pasien.
Bagi Bu Tuti, menjadi relawan bukan sekadar tugas sosial, tapi panggilan hati. Ia tergerak oleh empati yang dalam terhadap masyarakat kecil yang sedang berjuang untuk sembuh.
Salah satu pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika menemani pasien pulang dalam kondisi hujan lebat.
Karena rumah pasien berada di gang sempit dan tidak bisa langsung dimasuki mobil ambulan, ia memilih menunggu bersama pasien di dalam mobil hingga hujan reda.
“Rumah pasiennya di dalem gang, kondisi hujan deras. Atuh ngarantosan heula di mobil. Tapi bisa mendampingi pasien dari awal terapi sampai sembuh, itu kebahagiaan yang luar biasa,” kenangnya.
Dedikasi Bu Tuti tak luput dari perhatian warga maupun tim DT Peduli.

“Luar biasa, beliau semangat terus membantu sesama. Semoga sehat selalu dan semua lelah beliau menjadi amal sholeh,” ujar salah satu warga penerima manfaat.
Rudi Hidayat, tim program DT Peduli Kuningan, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap kiprah beliau.
“Semangat Bu Tuti sangat kami apresiasi. Tiga tahun terakhir ini beliau setia menemani pasien-pasien rawat jalan dan terapi.
Kepada para donatur, yuk terus dukung layanan ambulan DT Peduli Kuningan, agar semakin banyak pasien yang bisa terbantu dan pulih kembali.”
Keteladanan Tuti mengingatkan kita bahwa kebaikan bisa dimulai dari hal sederhana—hadir, mendengar, menemani, dan mendoakan. Karena seringkali, kesembuhan bukan hanya soal obat, tapi juga soal rasa aman dan didampingi oleh orang yang peduli. (Way)