KARTINI (Garawangi) – Upaya mencegah stunting di Kabupaten Kuningan tidak lagi semata menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan kesadaran kolektif masyarakat, tenaga kesehatan, dan aparat desa. Dalam semangat gotong royong, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian menyalurkan bantuan pangan bergizi kepada 120 Rumah Tangga Sasaran (RTS) di tiga desa, yakni Garawangi, Sukamulya, dan Mekarmulya.
Kegiatan yang dilaksanakan di Balai Desa Garawangi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kualitas gizi keluarga. Bantuan berupa lima kilogram beras, telur, ayam, minyak goreng, dan susu diberikan kepada para ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarga dengan balita sebagai bagian dari tindak lanjut pemetaan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) tahun 2025.

Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si, yang hadir secara langsung pada Rabu (2/6/2025), menyampaikan bahwa pendekatan pembangunan ke depan harus menyentuh aspek yang lebih mendasar, yakni kualitas sumber daya manusia. Menurutnya, perbaikan gizi keluarga menjadi pondasi bagi lahirnya generasi unggul di masa mendatang.
“Pemerintah hadir bukan sekadar membagikan bantuan. Lebih dari itu, ini adalah wujud kepedulian terhadap masa depan anak-anak kita. Tidak cukup membangun jalan, kita juga harus membangun manusia,” ujar Bupati saat berdialog dengan para penerima manfaat.

Dalam suasana yang hangat, Bupati memberi perhatian khusus kepada ibu hamil seperti Nona Wilda (31), yang tengah mengandung enam bulan. Ia mengingatkan pentingnya memberi asupan yang cukup dan bergizi untuk janin.
Di balik kegiatan ini, ada kerja kolaboratif yang terstruktur. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si, mengungkapkan bahwa SKPG menjadi instrumen penting dalam membaca kondisi kerawanan pangan dan menentukan strategi intervensi. Melalui tiga indikator utama yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan — wilayah prioritas ditetapkan secara objektif.

“Data menjadi dasar kita bergerak. Bukan hanya sekadar membagikan bantuan, tapi bagaimana bantuan itu sampai pada mereka yang benar-benar membutuhkan,” terang Wahyu.
Kepala Desa Garawangi, Haswidi, menyambut baik inisiatif ini. Ia menyebut bahwa program semacam ini akan lebih berdampak jika dibarengi dengan kesadaran masyarakat. “Kami di desa terus membangun kesadaran melalui kader posyandu dan program Dana Desa. Perubahan dimulai dari keluarga, dan peran ibu sangat vital,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Garawangi yang turut hadir dalam kegiatan tersebut menambahkan bahwa edukasi dan pendampingan tetap menjadi ujung tombak dalam pencegahan stunting. “Bantuan pangan harus disertai dengan pemahaman bagaimana cara mengolah dan mengonsumsinya dengan benar. Edukasi gizi adalah kunci,” ujarnya.
Upaya ini menunjukkan bahwa solusi atas masalah gizi bukan hanya terletak pada jumlah bantuan, tetapi juga pada keterlibatan semua pihak. Ketika pemerintah, desa, tenaga kesehatan, dan masyarakat bahu-membahu, maka harapan untuk menurunkan bahkan meniadakan stunting menjadi semakin nyata. (vr)