anonymous couple drinking coffee in kitchen

Tentang Kopi, Rasa Pahit dan Nikmat Yang Tertinggal

Roman

Ada yang datang sendiri, membawa nyeri lantas duduk dengan secangkir Arabika beraroma harapan. Lain waktu ada yang datang bergandeng tangan, meminta dua Americano ice membasahi sepasang bibir yang rindu rayuan.

Tapi malam ini ada yang duduk menghitung berapa biji kopi yang remuk hancur lantas berubah menjadi bercangkir-cangkir kehidupan. Menegaskan pahit kadang amat dibutuhkan untuk menceritakan dibalik perih ada pesan cinta dari Tuhan yang disampaikan lewat bahasanya yang seringkali terlambat dimengerti.

Pesta berakhir, orang-orang pulang merindukan peraduan dan pelukan yang meredakan segenap lelah. Dalam detik ke tiga, mimpi kembali disusun seindah mungkin. Tentang hari esok bahagia bersama yang setia belajar sembuhkan trauma. (vr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *