KARTINI (Kuningan) –Di tengah ancaman krisis regenerasi petani yang membayangi masa depan pangan nasional, sebuah harapan justru tumbuh kuat di Desa Cihirup, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan. Kamis (19/6/2025), sosok Wildan — petani milenial yang penuh inovasi — menjadi pusat perhatian dalam agenda verifikasi lapangan Calon Penerima Penghargaan Aparatur dan Non Aparatur Berprestasi tingkat Jawa Barat.
Namun, lebih dari sekadar proses penilaian, kehadiran tim verifikator dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini memperlihatkan sebuah pesan penting: masa depan pertanian tidak hanya soal produksi, tetapi tentang siapa yang akan meneruskannya.

Petani Bukan Pekerjaan Kuno
Wildan bukan hanya mewakili desanya dalam ajang ini, tetapi membawa narasi yang jauh lebih besar: pertanian bisa menjadi profesi pilihan utama generasi muda, bukan sekadar pelarian dari keterbatasan. Lulusan SMA yang memutuskan kembali ke kampung halaman ini menggarap lahan sawah keluarga, namun tidak dengan cara lama. Ia menerapkan sistem tanam jajar legowo, pemanfaatan pupuk organik, dan menjual hasil panen melalui platform digital lokal.
“Di desa kami ada 170 hektare lahan sawah, tapi 20 hektare tidak tergarap. Wildan hadir di ruang kosong itu, bukan hanya mengolah lahan, tapi membangkitkan semangat,” ujar Kepala Desa Cihirup, Tata Suharta, dengan bangga.

Tantangan Pertanian Adalah Regenerasi
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., regenerasi petani bukan lagi pilihan, tetapi keniscayaan.
“Saat ini, sebagian besar petani kita sudah sepuh. Tanpa regenerasi, struktur pertanian kita bisa kolaps. Maka Wildan dan ratusan Petmil lainnya adalah investasi masa depan,” tegas Wahyu.
Ia menyebutkan bahwa Kuningan telah membina lebih dari 680 Petani Milenial (Petmil) secara berkelanjutan dari hulu ke hilir, tak hanya mengajarkan budidaya, tetapi juga strategi pascapanen dan pemasaran.
“Kami buatkan wadah seperti Pasar Tani Milenial dan Masagi Mart agar mereka bisa langsung menjual ke konsumen. Ini bukan hanya pemberdayaan, ini pembentukan ekosistem,” lanjut Wahyu.
Wildan, Representasi Semangat Baru
Ketua Tim Verifikasi Provinsi Jawa Barat, Lia, menyampaikan apresiasinya terhadap daya saing dan kemandirian Wildan. Bagi timnya, Wildan bukan hanya memenuhi kriteria administratif, tetapi menjadi inspirasi konkret.
“Kami tidak mencari yang sempurna, tapi yang punya semangat dan bisa memberi dampak nyata. Wildan adalah potret dari visi itu,” ujar Lia.
Verifikasi yang dilakukan di Aula Balai Desa Cihirup ini pun terasa berbeda. Bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi ruang afirmasi bahwa pemuda desa bisa menjadi penggerak utama pertanian masa depan.
Sejalan dengan Visi Nasional
Program regenerasi petani yang didorong oleh Kabupaten Kuningan juga seiring dengan prioritas nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang menempatkan ketahanan pangan sebagai program strategis.
“Bupati kami, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, sangat mendukung agenda ini. Kami tidak bisa bicara ketahanan pangan tanpa memastikan siapa yang akan menanam dan memanen di masa depan,” pungkas Wahyu.
Dari Cihirup untuk Indonesia
Kisah Wildan membuktikan bahwa pertanian bukan cerita lama yang tertinggal di ladang, melainkan cerita masa depan yang sedang tumbuh. Ia adalah contoh bahwa inovasi dan ketekunan bisa hidup berdampingan dengan lumpur sawah dan semangat membangun desa.
Jika Jawa Barat ingin mencetak lebih banyak Wildan, maka peran desa, dinas, hingga pemerintah provinsi harus terus terkoneksi dalam irama yang sama: menjadikan petani muda sebagai garda depan pangan bangsa.
Dan dari Cihirup, harapan itu kini sedang tumbuh. (vr)