Dari Cigugur ke Dunia, Batik Kamuning sebagai Diplomasi Budaya Global

Berita Seni & Budaya

KARTINI (Kuningan) – Di balik helai kain batik, tersimpan kekuatan diplomasi budaya yang diam-diam menembus batas-batas geografis dan menyuarakan peradaban dari kampung kecil di lereng Gunung Ciremai. Dalam rangkaian Upacara Adat Seren Taun 22 Rayagung Tahun 1958 Saka Sunda, digelar sebuah pameran dan talkshow batik yang menggugah makna: “Menembus Cakrawala”.

Berlokasi di Cagar Budaya Nasional Gedung Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur, acara ini tak hanya menampilkan keindahan Batik Paseban dan Kamuning, tetapi juga menyampaikan pesan spiritual, filosofi hidup, dan pluralisme budaya yang telah lama dijaga oleh masyarakat Cigugur.

Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si, hadir bersama Wakil Bupati Tuti Andriani, S.H., M.Kn, menyampaikan bahwa batik bukan semata-mata kerajinan, melainkan sebuah bahasa diam yang merekam nilai-nilai leluhur dan menjadi simbol identitas spiritual masyarakat Kuningan.

“Batik Kamuning dan Paseban adalah narasi visual dari keselarasan manusia dengan alam, ketekunan hidup, dan spiritualitas lokal. Ia lahir dari kontemplasi panjang para leluhur kita di Cigugur — bukan sekadar hasil desain, tapi hasil perenungan,” ujarnya.

Mengangkat filosofi Sunda, Bupati Dian menegaskan, “Ngamumule budaya lain ukur ngajaga lahirna, tapi oge ngariksa jiwana.” Menjaga budaya, menurutnya, bukan hanya menjaga bentuknya, tetapi juga merawat jiwa dan pesan moral yang dikandungnya.

Paseban Cigugur, sebagai pusat spiritual dan budaya Sunda Wiwitan, mendapat penghargaan tinggi dari pemerintah daerah karena konsistensinya dalam menjaga kearifan lokal, bahkan jauh sebelum batik menjadi tren nasional. Batik Kamuning, dalam hal ini, menjadi simbol dari pertemuan antara seni, keyakinan, dan diplomasi budaya.

“Jika Jepang memiliki kimono, India memiliki sari, maka Kuningan pun memiliki Batik Kamuning yang tak kalah bermakna dan mendalam. Ini bukan semata tentang estetika, tetapi tentang identitas spiritual dan kultural kita,” lanjut Dian.


Acara ini juga menjadi penghormatan kepada almarhum Rama Pangeran Djatikusumah, tokoh spiritual Cigugur yang mewariskan semangat pluralisme, kesetaraan, dan perdamaian lintas keyakinan. Dengan tema Menembus Cakrawala, yang digarap oleh fashion designer Deden Siswantio, pameran ini menjadi simbol komitmen Kuningan untuk menghadirkan warisan lokal di panggung global.

Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui program Kuningan Melesat dan inisiatif Pasar Raya (Pemberdayaan Sanggar Ekraf dan Usaha Rakyat), berkomitmen memperkuat ekosistem ekonomi kreatif, termasuk sektor batik yang berbasis kearifan lokal.

“Ini adalah bagian dari misi kami agar karya-karya lokal tidak hanya eksis di dalam negeri, tapi juga menjadi narasi budaya Indonesia di mata dunia,” tutup Bupati Dian. (vr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *