APEKI Kawal FGD II MPIG Buana Ciremai, Perkuat Identitas Kopi Lokal

Berita Sosial & Ekonomi

KARTINI (Majalengka) – Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) dan Perkumpulan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Buana Ciremai menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) II dengan tajuk “Penguatan Identitas Kopi Lokal Go Global”, Senin (9/6). Acara berlangsung di Griya Sapira/Shinjuku Coffee, Desa Talaga Wetan, Kabupaten Majalengka, dan dihadiri oleh perwakilan kelompok petani kopi dari Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian upaya APEKI mengawal  MPIG Buana Ciremai dalam mendorong proses pendaftaran indikasi geografis (IG) kopi lokal sebagai bentuk perlindungan hukum dan pengakuan kualitas terhadap kekhasan kopi daerah tersebut. Kopi dari dua kabupaten ini dikenal memiliki cita rasa khas yang dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah kaki Gunung Ciremai.

Peserta mewakili kelompok petani kopi dari Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Setelah registrasi, acara dibuka secara resmi.  Ketua MPIG Buana Ciremai, Taufik Hernawan, dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi antara petani, pemerintah, dan lembaga pendukung dalam memajukan kopi lokal ke tingkat yang lebih tinggi.

Dukungan dari pemerintah daerah juga ditunjukkan dengan hadirnya perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Keduanya memberikan sambutan yang menyoroti potensi komoditas kopi sebagai penggerak ekonomi lokal dan strategi pembangunan berkelanjutan berbasis pertanian.

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan mengapresiasi inisiasi para pegiat kopi yang tergabung dalam Masyarakat Perkumpulan Indikasi Geografis (MPIG) Buana Ciremai dalam upaya memperoleh tanda daftar Indikasi Geografis (IG) untuk kopi arabika. Inisiatif ini menunjukkan komitmen kuat dalam membangun identitas kopi arabika khas dari Kabupaten Kuningan dan Majalengka sebagai daerah penghasil kopi berkualitas.

“Proses memperoleh tanda daftar IG tentu menantang, namun dengan kerja keras, dedikasi, dan disiplin, kami optimistis hal tersebut dapat dicapai. IG sangat penting untuk menegaskan asal-usul serta keunggulan spesifik kopi arabika dari Kuningan dan Majalengka dibandingkan dengan produk dari daerah lain,” ujar Kabid Hortikulturan dan Perkebunan, Andi, SE., M.M..

Menanggapi kegiatan tersebut Ketua APEKI Kuningan, Dadan M.Ramdani yang turut hadir memberikan respon positif, “setelah mendengarkan paparan, ternyata tidak sesulit perkiraan, sekarang mulai mengerucut dan makin faham cara mengisi data-data yang dibutuhkan untuk melengkapai berkas identifikasi geografis ini, terutama cara mengisi deskripsinya.”

Kehadiran perwakilan dari Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Cirebon menambah bobot diskusi, mengingat pentingnya peran Bank Indonesia dalam penguatan sektor UMKM dan ekonomi daerah.

Sesi utama FGD menghadirkan narasumber dari Balai Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember, Djoko Sumarno, SP, MP, yang memaparkan materi terkait prosedur teknis pendaftaran indikasi geografis dan tantangan-tantangan yang harus dihadapi para pelaku usaha kopi di daerah.

Diskusi berlangsung interaktif, dengan peserta aktif bertanya mengenai teknis budidaya, standar mutu, serta strategi pemasaran kopi berbasis IG. Dalam sesi tanya jawab, terungkap pula berbagai hambatan di lapangan yang dihadapi oleh kelompok petani kopi, mulai dari konsistensi produksi hingga pembentukan kelembagaan yang solid. (vr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *