Dari Budaya hingga Bencana dan Gizi Anak

Berita Sosial & Ekonomi

KARTINI (Jakarta) –
Masyarakat Kabupaten Kuningan menaruh harapan besar terhadap kunjungan kerja Wakil Bupati Kuningan, Tuti Andriani, S.H., M.Kn., ke sejumlah kementerian dan lembaga nasional di Jakarta. Didampingi perwakilan Dinas Kesehatan, BPBD, dan Analis Geologi Dinda Triaprilia, S.T., lawatan ini menjadi bagian dari ikhtiar mendorong percepatan program prioritas nasional yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat: pelestarian budaya, penanggulangan bencana, dan pemenuhan gizi.

“Kami ingin melihat hasil konkret dari lawatan ini,” ujar Wati (34), warga Desa Cilebak, yang rumahnya terdampak longsor awal tahun ini. Menurutnya, koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) harus membuahkan tindakan cepat, apalagi Kabupaten Kuningan telah mencatat lebih dari 160 titik rawan longsor.

Pertemuan Wabup Tuti dengan Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Jarwansah, menggarisbawahi pentingnya respons cepat terhadap risiko bencana. BNPB menyatakan kesiapan membantu relokasi dan rehabilitasi kawasan terdampak, namun masih menunggu pengajuan resmi kebutuhan dari Pemkab Kuningan.

Di sisi lain, harapan juga datang dari pelaku seni dan budayawan. Dalam pertemuan dengan Dirjen Pelindungan Kebudayaan, Dr. Restu Gunawan, Pemkab Kuningan menegaskan komitmen mengangkat kembali kekayaan budaya daerah, termasuk penguatan Museum Angklung dan situs-situs sejarah seperti Gedung Naskah Linggarjati dan Rumah Sutan Sjahrir.

“Selama ini potensi budaya kami seperti barang simpanan yang belum dimanfaatkan sepenuhnya,”ujar Dadan (48), pelaku seni asal Cigugur. Ia berharap, melalui dukungan Kementerian Kebudayaan, budaya Kuningan bisa menjadi sumber ekonomi kreatif sekaligus memperkuat jati diri daerah.

Tak kalah penting, agenda Wabup Tuti juga menyasar isu krusial yang sering luput dari sorotan, gizi masyarakat. Dalam kunjungannya ke Badan Gizi Nasional, rombongan membahas kesiapan Kabupaten Kuningan sebagai pelaksana Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar anak-anak, ibu hamil, dan kelompok rentan.

Kolonel Czi Wahyu Widisetyanta menyambut baik inisiatif Kuningan dan menyebut daerah ini berpotensi menjadi model Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayah perdesaan dan terpencil.

“Kami harap program ini tak berhenti di pusat saja. Anak-anak kami butuh makanan sehat setiap hari, bukan hanya saat kunjungan pejabat,” tegas Ujang (42), orang tua dari Desa Nusaherang.

Kunjungan kerja ini bukan sekadar rangkaian seremoni, tapi menjadi cermin bagaimana kolaborasi pusat dan daerah dapat dijembatani dengan komitmen dan ketulusan. Warga Kuningan kini menanti bukti bahwa hasil dari meja perundingan di Jakarta benar-benar terasa hingga ke desa-desa yang jauh dari pusat kota. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *