KARTINI (Kuningan) – Dalam rentang 100 hari pertama pemerintahan Bupati Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., dan Wakil Bupati Hj. Tuti Andriani, S.H., M.Kn., sebuah pola kepemimpinan baru mulai terasa di lingkup pemerintahan Kabupaten Kuningan: kepemimpinan yang hadir, mendengar, dan menggerakkan. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) menjadi salah satu contoh nyata transformasi tersebut.
Berdasarkan survei independen yang dirilis Jamparing Research, Diskatan menempati posisi kedua tertinggi dalam hal tingkat kepuasan publik, mencatatkan skor 77,3%, hanya terpaut dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Namun, lebih dari sekadar angka, capaian ini menyiratkan kuatnya sinergi lintas elemen antara pemimpin, birokrasi, petani, penyuluh, akademisi, dan pelaku usaha pertanian yang mulai menemukan irama kolaboratifnya.
“Ini bukan tentang Diskatan semata. Ini tentang kita semua,” ungkap Kepala Diskatan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si. Baginya, peringkat ini adalah cermin dari kerja kolektif yang selama ini berjalan senyap namun solid.
Dalam atmosfer birokrasi yang kerap disorot lamban, capaian ini menjadi angin segar. Wahyu menyebutnya sebagai hasil dari etos gotong royong dan kepemimpinan yang memberi teladan. Ia menekankan, kehadiran dan keterlibatan langsung Bupati dan Wakil Bupati dalam berbagai kegiatan lapangan menjadi faktor pembeda.

“Kepemimpinan yang tidak hanya memberi arahan, tapi juga turun langsung ke sawah, berdialog dengan petani, menyentuh realita,” katanya.
Menariknya, dalam wawancara dengan tim media, Wahyu menolak menjadikan prestasi ini sebagai euforia. “Kami tidak boleh terlena. Justru ini jadi pengingat bahwa kepercayaan publik adalah amanah. Dan amanah itu harus dijaga dengan kerja nyata, bukan selebrasi,”tegasnya.
Survei tersebut, lanjut Wahyu, adalah kompas sosial—penunjuk arah sekaligus pengukur efektivitas pengabdian. Di tengah isu pangan global, inflasi, dan ancaman perubahan iklim, peningkatan mutu pelayanan kepada petani dan masyarakat harus terus digencarkan.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Petani, penyuluh, mitra usaha, media, akademisi—semua punya peran vital. Diskatan hanya menjadi simpulnya,” pungkasnya.
Capaian ini menjadi pesan kuat bahwa transformasi sektor pertanian bukan hanya mungkin, tapi sudah mulai berjalan. Dan kuncinya ada pada kolaborasi nyata dan kepemimpinan yang menginspirasi. (red)