KARTINI (CIREBON) – Dalam suasana penuh apresiasi di Ballroom Hotel Avita Tower, Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jumat malam (23/5), sektor pertanian Kabupaten Kuningan kembali mencatatkan sejarah penting. Bukan semata karena Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., menerima penghargaan “Tokoh Tani Modern” dari IJTI Cirebon Raya Award 2025, tetapi karena penghargaan ini merepresentasikan transformasi sosial yang dibangun dari akar rumput hingga pucuk pimpinan.
Dr. Wahyu, yang dikenal sering menyatu dengan petani di lapangan, menegaskan bahwa prestasi ini bukan milik pribadi. “Ini buah kerja kolektif. Petani, penyuluh, perangkat desa, pemangku kebijakan—semua punya andil,” ucapnya.

Namun di balik sorotan lampu dan tepuk tangan, sejumlah petani di Kuningan masih bergulat dengan masalah klasik: pupuk langka, harga panen tak menentu, dan akses pasar yang timpang. Penghargaan tersebut menimbulkan pertanyaan: sejauh mana kebijakan pertanian yang dicanangkan telah menyentuh kebutuhan nyata petani?
“Saya bangga Pak Wahyu menang, tapi di desa kami air irigasi masih rebutan,” ujar Asep (45), petani asal Kecamatan Karangkancana. “Yang kami butuhkan bukan seremoni, tapi solusi.”
Meskipun Dr. Wahyu dikenal rajin turun ke lapangan, konsistensi antara pendekatan personal dan transformasi kebijakan struktural masih menjadi pekerjaan rumah. Apalagi dalam lanskap politik lokal, apresiasi seringkali beriringan dengan promosi, bukan evaluasi.
Dengan pendekatan teknologi dan sentuhan kemanusiaan, pertanian Kuningan menunjukkan bahwa modernisasi bukan sekadar mesin dan data, tetapi juga empati, partisipasi, dan keberpihakan.
Kehadiran sembilan tokoh dari Kuningan yang menerima berbagai penghargaan malam itu menegaskan bahwa kabupaten ini sedang menulis ulang narasi daerah, bukan lagi sebagai penonton pembangunan, tetapi pelaku utama perubahan. (vr)