Suara Buruh Menggema Damai, Harapan untuk Kesejahteraan dan Kebersamaan

Berita Sosial & Ekonomi

KARTINI (Kuningan) – Hari Buruh Internasional (May Day) tahun ini menjadi momen istimewa bagi para pekerja di Kabupaten Kuningan. Bertempat di Teras Pendopo Kuningan, Kamis (01/05/2025), peringatan May Day digelar dengan suasana penuh makna dan kebersamaan, tanpa aksi turun ke jalan, tetapi tetap menyuarakan semangat perjuangan kaum buruh.

Dengan tema nasional “Merajut Kebersamaan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Pekerja dan Produktifitas Nasional” serta tajuk lokal “May Day Is Kolaborasi Day”, kegiatan ini melibatkan perwakilan buruh dari 27 perusahaan yang ada di Kabupaten Kuningan. Para pekerja datang bukan hanya sebagai undangan, melainkan sebagai subjek utama yang turut menyuarakan aspirasi melalui ruang dialog bersama pemerintah daerah dan pengusaha.

“May Day adalah hari kami—hari untuk mengenang perjuangan para buruh sebelum kami, dan hari untuk memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi kami dan keluarga,” ujar Dani Ramdani, Ketua KSPSI Kuningan, yang juga menjadi ketua pelaksana acara.

Bupati Kuningan, H. Dian Rachmat Yanuar, menyampaikan apresiasi kepada para buruh yang memperingati May Day secara damai dan penuh makna. Dalam pidatonya, Bupati menyebut bahwa kerja bukan hanya tentang mencari uang, tetapi juga tentang pengabdian dan cinta untuk keluarga.

“Setiap tetesan keringat dari para buruh adalah doa dan harapan untuk keluarga mereka. Keringat itu bukan hanya untuk bertahan hidup, tetapi menjadi bahan bakar pembangunan ekonomi kita,” ungkapnya.

Bagi para buruh, kata-kata ini menjadi pengakuan atas kontribusi mereka yang sering kali terabaikan. Lebih dari sekadar peringatan, May Day tahun ini dirasa memberi ruang penguatan semangat solidaritas antarpekerja, dan sinyal dari pemerintah untuk terus memperbaiki hubungan industrial.

Pekerja berharap bahwa komitmen pemerintah tidak berhenti pada kata-kata. “Kami butuh bukti nyata. Jaminan kerja yang layak, upah yang adil, hak yang dihormati, dan hubungan kerja yang manusiawi. Semoga semangat ‘kolaborasi’ tidak hanya jadi tema, tapi benar-benar jadi praktik,” ujar seorang buruh dari sektor manufaktur yang hadir dalam acara.

Selain seremoni, kegiatan sosial turut digelar: donor darah, pemeriksaan kesehatan gratis, posko pengaduan tenaga kerja, penyediaan lowongan pekerjaan, serta santunan untuk anak yatim. Kegiatan ini menunjukkan bahwa buruh bukan hanya pihak yang menuntut, tapi juga yang memberi dan peduli.

Peringatan May Day ini menjadi titik terang: bahwa suara buruh bisa menggema tanpa teriakan di jalan, dan bahwa penghormatan terhadap buruh bukanlah kemewahan, melainkan keharusan dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. (vr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *