APEKI Kuningan Kunjungi Petani Kopi Karangkancana, Bahas Masalah dan Solusi Budidaya

Berita Sosial & Ekonomi

KARTINI(Kuningan) — Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Kabupaten Kuningan melakukan kunjungan lapangan ke sentra petani kopi di Desa Karangkancana, Kecamatan Karangkancana, pada Selasa (20/4/25). Kegiatan yang berlangsung di rumah Kepala Dusun ini dihadiri langsung oleh Ketua APEKI Kuningan serta delapan perwakilan dari kelompok tani setempat.

Kunjungan tersebut difokuskan pada dua dusun utama penghasil kopi, yakni Dusun Indrahayu dan Dusun Gunung Jawa. Di Dusun Indrahayu, terdapat kelompok tani dengan 21 anggota yang mengelola lahan produksi kopi seluas 90 hektare, dengan tambahan 30 hektare yang saat ini belum masuk masa produksi. Sementara di Dusun Gunung Jawa, terdapat 43 anggota kelompok tani yang mengelola 60 hektare lahan produksi dan 10 hektare lahan garapan baru.

Meski memiliki potensi besar, para petani menghadapi sejumlah tantangan serius dalam budidaya kopi. Ketua APEKI Kuningan Dadan Muhamad Ramdani menyampaikan keprihatinannya terhadap minimnya penanganan teknis yang dialami para petani.

“Masalah hama dan penyakit tanaman kopi belum mendapat penanganan khusus. Akibatnya, banyak petani mengalami penurunan produksi,” ujarnya dalam diskusi bersama petani.

Beberapa permasalahan utama yang ditemukan antara lain:

  • Jamur pada dahan kopi yang menyebabkan kerusakan pada ranting dan buah, mengakibatkan buah kopi menghitam dan mati.
  • Serangan uter-uter, sejenis hama penggerak batang, menyebabkan batang kopi patah di bagian pangkah.
  • Nematoda pada akar pohon, yang mengakibatkan tanaman layu, daun menguning, dan akhirnya mati.
  • Kesalahan dalam pola pemupukan, khususnya kekurangan unsur nitrogen (N), menyebabkan daun menciut, berubah warna menjadi hijau muda, serta buah kopi menjadi hitam sebagian.

APEKI Kuningan memberikan sejumlah rekomendasi dan langkah konkret untuk memperbaiki kondisi tersebut, antara lain:

  1. Pembaruan legalitas kelompok tani, guna keperluan pendataan di sistem Simluhtan.
  2. Penyuluhan teknis budidaya kopi, mulai dari pembenihan hingga panen.
  3. Pelatihan pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi.
  4. Pembuatan Agen Pengendali Hayati (APH) untuk pengobatan tanaman kopi yang dalam kondisi kritis.
  5. Peningkatan kualitas kopi, agar hasil panen petani memenuhi standar mutu APEKI.

APEKI juga menekankan pentingnya kolaborasi antara petani dan lembaga pendamping agar pengelolaan lahan kopi menjadi lebih produktif dan berkelanjutan.

“Potensi kopi Karangkancana luar biasa, dan ini harus didukung dengan pengetahuan yang memadai serta penanganan budidaya yang tepat. Kami siap mendampingi,” pungkas Dadan Ketua APEKI.

Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari para petani yang berharap pendampingan serupa dapat terus berlanjut, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui produksi kopi yang lebih berkualitas dan berdaya saing tinggi di pasar nasional maupun internasional. (vr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *