KARTINI (Kuningan) – Setelah puluhan tahun menanti dengan harapan dan doa, warga Desa Cipakem Kecamatan Maleber dan Desa Cipedes Kecamatan Ciniru, Kabupaten Kuningan, akhirnya dapat melihat titik terang dari impian mereka, sebuah jembatan gantung yang akan menghubungkan kedua desa yang selama ini dipisahkan oleh derasnya aliran Sungai Sirigading.
Bagi masyarakat, khususnya pelajar dan guru, keberadaan jembatan ini bukan hanya soal infrastruktur, melainkan soal keselamatan dan masa depan. “Setiap hari kami menyeberang sungai dengan risiko terseret arus. Saat hujan, kami hanya bisa pasrah, kadang tak bisa sekolah atau bekerja. Dengan adanya jembatan ini, kami seperti diberi nafas baru,” ungkap Dede (47), warga Cipedes yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani di seberang sungai.

Pembangunan jembatan yang direncanakan sepanjang 40 meter dan lebar 1,2 meter ini merupakan hasil sinergi antara Pemerintah Kabupaten Kuningan, Yayasan Harmoni Nusa, dan partisipasi aktif masyarakat setempat. Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., yang meninjau langsung lokasi pembangunan pada Kamis (17/4/2025), memastikan bahwa proyek ini akan dimulai segera dan ditargetkan selesai dalam waktu 1,5 bulan, sebelum Hari Raya Idul Adha.
Salah satu kisah menyentuh datang dari seorang guru SDN 4 Cipakem yang selama lima tahun terakhir harus menyeberangi sungai dari rumahnya di Cisalak menuju tempatnya mengajar di Dusun Seklok. “Kalau sungai meluap, saya tak bisa memaksakan diri karena bahaya. Anak-anak pun terpaksa libur. Jembatan ini harapan besar kami agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan normal dan aman,” tuturnya haru.
Antusiasme warga tampak jelas saat mereka menyambut rombongan Bupati dan para pejabat yang hadir. Kepala Desa Cipedes, A. Rusdiana, S.IP., menegaskan bahwa jembatan ini lebih dari sekadar bangunan fisik. “Ini adalah jembatan harapan. Harapan akan akses pendidikan yang lebih baik, akses kesehatan yang lebih mudah, dan hubungan sosial yang semakin erat antarwarga dua desa,” katanya yang langsung diamini dengan sorak semangat oleh warga yang hadir.
Sebagai bentuk dukungan, masyarakat telah bersiap untuk bergotong royong mulai dari pengumpulan material hingga membantu tenaga kerja. Semangat kebersamaan ini mengingatkan akan nilai-nilai lokal yang masih kuat, di mana gotong royong menjadi kunci pembangunan desa.
Kunjungan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Babinsa, Bhabinkamtibmas, perwakilan Yayasan Harmoni Nusa, dan anggota DPRD dari daerah pemilihan setempat, yang turut mengapresiasi keterlibatan aktif masyarakat.
Kini, harapan itu bukan lagi angan. Dalam waktu dekat, suara tawa anak-anak sekolah yang melintasi jembatan dengan aman akan menggantikan deru arus sungai yang selama ini jadi penghalang. Bagi warga Cipakem dan Cipedes, jembatan ini bukan hanya penghubung dua desa, tapi juga penghubung masa depan yang lebih baik. (vr)