Revolusi Pola Konsumsi, Kuningan Gagas Desa Berbasis B2SA

Berita Sosial & Ekonomi

KUNINGAN (Kuningan) – Untuk mewujudkan masyarakat sehat tidak hanya bergantung pada ketersediaan pangan, tetapi juga bagaimana pola konsumsi diterapkan di setiap rumah tangga. Karena itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan meluncurkan program Desa Berbasis B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) guna mengubah kebiasaan makan masyarakat menuju pola yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Beberapa desa yang terpilih untuk menjadi pionir untuk program ini adalah Desa Pagundan , bersama tiga desa lain di Kecamatan Lebakwangi—Desa Sindang, Pasayangan, dan Bendungan. Program ini resmi diluncurkan pada Rabu (12/3/2025) dan menjadi langkah besar dalam menekan angka stunting serta membangun generasi sehat.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si, menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan hanya tentang ketersediaan bahan makanan, tetapi juga bagaimana masyarakat mengonsumsinya.

“Dulu, pola makan kita seragam—beras adalah segalanya. Tapi sekarang, kita harus berani berubah. Diversifikasi pangan adalah kunci. Singkong, ubi, dan porang bukan sekadar makanan tradisional, tapi solusi untuk masa depan,” ungkapnya.

Sambutan baik ditunjukan Kepala Desa Pagundan, Dadan Danu dan menekankan pentingnya edukasi pola makan sehat dari tingkat keluarga.

“Diharapkan ibu-ibu PKK menjadi pionir dalam menerapkan pola makan B2SA di rumah. Kebanyakan dari kita bangga konsumsi makanan cepat saji yang memang praktis, tapi belum tentu bergizi,” jelasnya.

Program ini juga akan memanfaatkan Dana Desa untuk membangun Kebun B2SA, yang dapat menyediakan sumber pangan bergizi secara mandiri.

“Kebun B2SA bukan proyek jangka pendek. Ini investasi jangka panjang untuk ketahanan pangan desa. Kita ingin masyarakat tidak hanya bergantung pada pasar, tapi bisa menghasilkan pangan sendiri, sekaligus langkah nyata memerangi gizi buruk” tegas Dr. Wahyu.

Menariknya, dari 27 kabupaten di Jawa Barat, hanya empat yang terpilih menjalankan program ini: Kuningan, Majalengka, Subang, dan Garut. “Adalah tanggung jawab besar Ketika Kuningan menjadi bagian dari elite empat kabupaten yang dipercaya menjalankan program B2SA ini. Selain sebagai prestasi diharapkan program ini sukses dan berkelanjutan,” ujar Wahyu.

Sosialisasi B2SA ini bukan sekadar teori, tetapi langkah nyata membangun pola konsumsi cerdas berbasis pangan lokal dan berkelanjutan. Harapannya, gerakan ini dapat menciptakan generasi lebih kuat, lebih sehat, dan bebas dari masalah gizi.

“Saya ingin jaminan dari kepala desa bahwa setelah fasilitasi program ini, tidak boleh ada lagi kasus kekurangan gizi dan stunting di desa ini. B2SA bukan sekadar program, tapi revolusi pangan dari desa untuk masa depan. Kita harus serius!” pungkasnya. (vr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *