Melepas Sepasang Merpati

Roman

Vera Verawati

Denting kecapi merayu manja ruang-ruang kecil sebilah seruling. Suaranya menggetarkan sepotong rasa nyaris sirna. Aroma bunga setaman membaur Bersama riuh tawa orang-orang berbaju indah. Beramai-ramai mengarak sepasang merpati yang hari ini berikrar setia, hingga satu diantaranya menutup mata.

Asap mengepul menebarkan harum ranum aneka penganan. Lembut berwarna-warni seperti hati sepasang merpati. Dari bibir keduanya tersungging senyum malu-malu, terbayang sudah Ketika tetamu berlalu dan malam mulai mematikan semua lampu.

Dari kejauhan kegelisahan langit terbaca pada tubuh awan-awan hitam yang menggembung. Menahan bening air mata kegetiran.

“Kenapa selalu ada dua sisi.”

Di satu tempat berhambur melati bunga pengantin, di sisi lainnya bertebar warna kamboja mengabarkan duka, atas tanah-tanah yang retak menelan beberapa pondok kehidupan. Sesaat lagi, sepasang merpati dilepas pergi. Memastikan dengan cinta, duka dan Bahagia menjadi bahasa lain dari bertahan.

Tapi cerita lain para penjaja yang berdesak berlomba, tanpa bertanya boleh tidak. Berjajar mengadu untung. Satu sudut kotak ukuran 6 x 8 m, seseorang berjibaku dengan aksara yang hampir punah dari ingatan yang dipenuhi kenangan.

Pondok Kata, 20 Januari 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *