KARTINI (Kuningan) – Hujan yang mengguyur Kuningan sejak pagi tidak menyurutkan langkah puluhan pasang kaki untuk menapaki taman surga. Sekitar 50 lebih jamaah dari berbagai kalangan menghadiri kajian rutin bulanan yang diselenggarakan oleh Majelis Muslimah Perindu Surga pada hari Rabu, 18 Desember 2024 bertema “Kesejahteraan Umat adalah Amanah Pemimpin”.
Kajian ini dibuka oleh host ibu muda, teh hanifah. Sebelum pemateri acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh ibu Eva Qur’an Surat Al-Anfal ayat 21-24 dan Qur’an Surat An-Nur ayat 55. Peserta juga diberi suguhan tayang video yang menjelaskan bagaimana kepemimpinan dalam Islam. Selain itu, host juga membuka acara dengan melemparkan pertanyaan kepada jamaah; ” Sosok pemimpin seperti apa yang ibu-ibu harapkan?” Kemudian ” Apa yang diharapkan dari sosok yang ibu-ibu harapkan?” Dengan pertanyaan ini tentu jawaban yang beragam dan masih butuh penjelasan lebih jauh. Dari sini host mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materinya.
Peserta akhirnya antusias menyimak pemaparan materi yang disampaikan oleh Ustadzah Fatimah Salma, S.P. Di awal pemateri mengungkapkan fakta umum yang terjadi saat ini di sistem sekuler tentang kenaikan harga, seperti harga telor, cabai dan beras. Tidak hanya itu, ustadzah menyampaikan bahwa hari ini rakyat juga dibebani beranekaragam bentuk pajak, diantaranya pajak pertambahan nilai (PPN) yang naik hingga 12 persen, pajak kendaraan bermotor naik 2 persen, pajak bumi dan bangunan naik 2,4 persen.
Ustadzah menghangatkan suasana dengan melempar pertanyaan seputar kesejahteraan. Dan, semua jamaah sepakat menginginkan hidup sejahtera. Untuk mewujudkan semuanya umat bertaruh harapan pada pemimpin sholeh dan pro rakyat. Namun, yang menjadi pertanyaannya, bisakah pemimpin sholeh dan pro rakyat menjadi harapan?
Ustadzah menjelaskan, relasi pemimpin dan rakyat hari ini tidak ideal. Hubungan penguasa dan rakyat adalah sengketa yang berkepanjangan, yakni banyak undang-undang merugikan rakyat yang akhirnya rakyat justru makin sengsara.
Dalam syariat Islam, jelasnya, menerapkan profil pemimpin haruslah memiliki kepribadian Islam yang kuat, yang bertakwa, yang cinta kepada rakyatnya. Islam memiliki pandangan khas tentang kepemimpinan. Seorang penguasa atau pemimpin adalah pelindung bagi rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya. Kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah kepemimpinannya itu. “Imam adalah raa’in (penggembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya”. (HR. Bukhori)
Seorang pemimpin diibaratkan penggembala yang berkewajiban untuk mengayomi, mengawal dan mendampingi gembalaannya, yakni rakyatnya. Sebagaimana Khalifah Umar bin Khattab sosok tauladan kepemimpinan yang bertanggung jawab kepada rakyatnya, beliau patroli malam dan mendapati suara tangisan anak yang ibunya sedang merebus batu lalu Umar membawa sendiri makanan dan memberikannya.
Sosok pemimpin Islam dengan tanggung jawab terhadap profil dirinya hanya lahir dari rahim sistem kepemimpinan Islam, yakni Khilafah. Tidak mungkin hadir dalam politik sekuler demokrasi. jelasnya.
Di akhir materi, Ustadzah memberi kisi-kisi cara mewujudkan pemimpin umat, pertama, sistem pendidikan Islam yang menyiapkan aqliyah dan nafsiyah Islam (Syakhsiyah Qyadjyah). Kedua, parpol dan jamaah dakwah membina kader terbaik untuk memiliki pengalaman politik. Ketiga, khalifah melahirkan banyak kader-kader negarawan.
Jadi kesimpulannya, kesejahteraan umat hanya terwujud dalam kepemimpinan Islam.
Wallahu’alam bishawwab.**
Oleh : Ira Siti Rojanah
Aktivis Muslimah