KARTINI – Salah seorang praktisi hukum, Abdul Haris, SH., geram dengan adanya pesan broadcast yang menjurus ke black campaign dari seorang tokoh pemuka salah satu organisasi keagamaan terbesar yang juga pendukung Paslon Nomor 1.
Isi pesan dari salah seorang yang sering dipanggil Abah Aam tersebut , dianggap mengandung unsur suku, agama dan ras (Sara). Padahal semua calon beragama Islam. Seharusnya sebagai pimpinan organisasi terbesar itu tidak mengeluarkan provokasi atau menilai hal yang tidak patut berdasarkan sholat atau ibadah lainnya. Sebab hal itu sangat sensitif, apalagi dibawa ke politik praktis.
Haris, SH., salah seorang pengacara yang juga Ketua Pesik Kuningan menyampaikan bahwa point yang tidak memiliki adab yakni kedua. Penggalan kalimatnya ……”Agar pemenangnya tetap kader NU dan masih nampak sebagai tokoh yang suka melakukan solat dan taat beribadah…”. Penggalan kalimat itu memiliki konotasi lain.
“Pak Yanuar dan Pak Udin oleh dia dianggap atau dinilai bukan sosok yang tepat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kuningan karena dituduh bukan kader NU. Juga menuduh tidak melaksanakan solat dan taat beribadah. Itu ucapan sangat kejam terhadap Pak Yanuar dan Pak Udin. Sebab keduanya beragama Islam,” ucap Haris dengan nada tinggi.
Lanjutnya, Haris berkata, ucapan itu seperti tidak pantas ke luar dari seorang tokoh, panutan dan pemimpin salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. “Seharusnya Abah Aam sebagai pemimpin umat, mengajak umat Islam untuk tabayun, dan mengedapankan sendi-sendi keIslaman yang rahmatan lil alamin, bukan sebaliknya, “katanya dengan nada kesal.
Pihkanya pun menyayangkan broadcast itu dan tersebar di tengah-tengah masyarakat. Biarkan berkompetisi dalam Pilkada secara baik dan benar sesuai proses demokrasi. Karena pilihan masyarakat adalah hak individu untuk memilih atau mendukung calonnya. Bukan urusan lain, masalah menang atau kalah itu urusan nasib mereka.
“Point lain yang saya soroti adalah daripada bertahan di 03 kemudian kalah tidak jadi apa-apa. Poin ini menunjukan bahwa tahta, harta dan wanita (3T) ini jadi rujukan Abah Aam dalam mendukung Dian-Tuti. Bukan berdasarkan hati nurani, bukan berdasarkan kepentingan lebih luas yakni masyarakat Kab. Kuningan yang sejahtera,” pungkasnya. (kh) ***