close up of fluffy ducklings swimming in a pond

Ikrar Sepasang Undan

Roman

Oleh : Vera Verawati

Aroma petrikor masih tertinggal, menyisakan cerita yang masih menggantung di dahan-dahan akasia. Degup itu terhenti sejenak, sebenarnya rasa ingin membunyi makin nyaring tidak lagi terperi. Tapi, bulan bahkan enggan memenuhi undangan sang hujan.

Kini, di wajah pagi yang harap-harap cemas mencoba bercegkrama di taman. Menenun helai-helai mawar yang berjatuhan, terampil jemarinya merajutkan potongan asa yang masih tersisa warna merah darah kehitaman.

Di kolam itu, di antara taman yang ditinggalkan penduduk kota dengan gunung-gunung menjulang. Sepasang undan bertemu dan menuliskan ikrar, pada daun teratai yang juga sedang merindu menunggu putik memekar.

Pesona merah muda pada kelopak seperti sepasang bibir nan ranum, pada helai sayapnya bertuliskan pasal-pasal tentang cara mencintai paling manusiawi. Seperti si fakir yang tidak berhenti berdzikir agar tak berpaling pada kikir.

Ketika jeda, dua hati mengusung doa-doa, merapalkan mantra-mantra atas rasa yang kukuh, tidak rapuh oleh keluh. Teruskan saja bermain di kolam taman, dengan sepasang undan yang terus menyanyikan rindu nan berkelindan. (vr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *