
(Puisi tegas untuk semua korban perang)
Oleh : Vera Verawati
Bukan tentang ribuan ruh yang terlepas dari raga, oleh percikan nuklir yang dicipta mengatasnamakan upaya penyelamatan sebuah peradaban. Namun berkahir sebagai algojo. Mencabut, merenggut hingga serabut. Binasa nyaris tak tersisa.
Meratap bayi-bayi dalam rangkak kehilangan dekap. Ibu merengkuh tubuh-tubuh hancur dari potongan cinta yang dibesarkan segenap nyawa. Lelaki dewasa bungkam kehilangan pita suara, saat di depan mata belahan jiwa terpanggang bara.
Entah serupa apa umpatan, sumpah serapah atas kematian tanpa kompromi. Tanah-tanah basah oleh darah tanpa nanah. Dinding-dinding koyak oleh keserakahan penguasa tanpa kepala. Yang lupa meletakan akal dan menukarnya dengan hati para pemangsa.
Wahai langit, tidakah bisa kau kirimkan hujan untuk meluruhkan air mata tanpa isak. Menghanyutkan warna merah dari luka-luka trauma. Mengubur jenazah-jenazah harum yang titik terkahir nadinya bertulis Allahuakbar!
Dari alam yang tak terlihat tapi ada, menunggu panggilan menuju sebuah pintu, dengan banyak jendela terbuka. Di mana aroma kasturi dari tercium dari setiap celahnya. Wajah-wajah dipenuhi cahaya tersenyum indah, tanpa bekas luka dari pecahan nuklir dan bom atom yang lumat oleh kesumat.
Kuningan, 21 Oktober 2023