Masa Yang Hilang (Epilog Rindu Masa Kecil)

Roman

Vera Verawati

Gadis kecil berkepang dua, berjalan lincah menembus pagi. Menyapa rerumputan, menyentuh pucuk-pucuk tanaman pagar. Bibirnya tak berhenti menyenandungkan puji-pujian ciptaan Tuhan nan menawan.
Di kepalanya setumpuk baju kotor harus dicucinya, tak ada sedih walau libur sekolah dihabiskannya di pancuran. Tak terlintas kecewa walau masa remaja lebih banyak membantu orang tua, gadis kecil berkepang dua tetap bahagia.
Tak lama berselang teman-teman berdatangan, lalu semakin riuh bersenda gurau. Tangan-tangan mungil itu terampil membilas asa kehidupan. Lupakan sesaat tentang sekolah yang terus beranjak bertingkatnya kesulitan.
Gadis kecil berkepang dua, masih belum pulang dari pancuran. Setelah selesai dengan cucian memilih bermain di kali pinggiran. Menggoda abah dan mimih yang wajah dan kakinya belepotan lumpur dan tanah.
Masa-masa itu hilang sudah, gadis kecil berkepang dua duduk termangu. Memandang sisa sawah yang tak lagi seluas dulu. Kemana pancuran-pancuran itu, dimana gemericik air kali tempatnya bermandi tawa, kini tiada.
Duniakah berubah atau gadis kecil yang bertumbuh besar. Andai gadis kecil berkepang dua bisa meminta, berhentinya waktu pada masa di mana dia tetap berkepang dua, pergi ke pancuran bersama teman-teman, lalu malam bermanja di bawah cahaya bulan nan purna.

Pondok Kata, 140323

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *