Cerita Cinta Yang Tidak Biasa

Roman

Oleh : Vera Verawati

Warna-warni bendera mengangkasa, menghiasi langit yang warnanya pucat pasi. Burung-burung tak terlihat, ketakutan oleh angin yang memburu hembuskan keraguan. Sedang hati baru saja menapak pada satu janji terpatri.

Pada tubuh nusantara yang konon masih berkibar merah putihnya, namun tanahnya terbelah kekeringan. Lautnya menghitam oleh sampah dan limbah. Rakyatnya gelisah menghitung remah.

Di kastil berteralis hedonisme, Cinderella tidak lagi menginginkan sepatu kaca, dia menuliskan pada buku doanya tentang sepetak tanah untuk berkebun. Dan pondoknya yang hampir roboh tetap kokoh. Walau para perompak itu merayunya oleh sepotong kayu yang disulap jadi gedung-gedung bertingkat.

Bibirnya selalu bergurat senyum ramah. Tumbuh bunga-bunga rasa di taman jiwa. Bulir-bulir jernih menitik bahagia. Satu tangan menggenggam erat, prakata tidak saling melepaskan termaktub di kitab cinta Dewi Amora. Cerita pun masih menggantung di episode berikutnya.

Judul itu baru tertera, prolog kehidupan babak kesekian sedang dituliskan. Harumnya bak aroma edelweis di puncak kerinduan. Untuk cinta yang tidak biasa, tidak terkotak kasta, bukan pula setumpuk dunia, tapi tentang setia tidak akan saling terluka.

Romantisme orang-orang kecil, cukup bahagia menghidu jejak hujan, kesahajaan berhidang penganan hasil kebun dan hutan. Tak ingin dirasuk keserakahan pun bertabur sanjungan. Karena Tuhan lah satu sebagai tujuan.

Pondok Kata, 19 Agustus 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *