Lelaki Pemburu Matahari

Roman

Oleh : Vera Verawati

Lelaki bertubuh gelap itu berjalan punggungi gunung, cangkul tersandang di bahunya yang kukuh. Tidak untuk memburu matahari di ketinggian melainkan menuju suara daun-daun padi yang meliuk menggoda mencoba jatuhkan hati.

Langkahnya tegas tidak lagi getas dan ranggas. Telah hafal setiap kisah yang tertinggal di pematang sawah yang mulai kekeringan oleh cinta sang hujan. Tapi tidak dengan jiwanya yang mulai semarak seperti jingganya senyum mentari di ujung pagi pun senja.

Di sudut lain belahan buana, perempuan bergaun krisan itu sigap menerobos jalan-jalan berbatu hitam, melompat lincah seraya bersenandung kidung asmarandana. Sirna luka yang lama menganga. Oleh tawa sederhana petani desa.

Wajah garang raja siang tak mampu menghanguskan satu impian yang baru saja dibangun oeh harapan, biar tubuhnya legam oleh bara dan keringat keikhlasan, hapus segala keluh yang tak sempat tersimpan dalam ingatan.

Bukan soal jarak dibentang hutan, tidak soal waktu yang jauh dari temu, tapi tentang janji yang mulai terpatri, sepakat menata makrifat cinta. Benahi hati pantaskan diri bersimpuh khusuk pada harap Tuhan restui.

Pondok Kata, 15 Agustus 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *